Masjid ini mendapat pengaruh yang cukup kuat dari Masjid Nabawi dan Haghia Sophia.
Memasuki ke bagian dalam maka akan terlihat bangunan yang memiliki dua lantai. Pada lantai dasar dari bangunan ini lebih difungsikan sebagai ruang pertemuan, seminar, hingga resepsi.
Kapasitas daya tampung dari lantai ini bisa mencapai 5.000 orang. Untuk material lantainya, dipilih dari bahan granit dengan corak beraneka warna.
Asterianto mengungkapkan, kapasitas dari bangunan utama ini bisa menampung jamaah hingga 20 ribu orang. Untuk ibadah shalat, terdapat di lantai dua. Di bagian ini terdapat juga satu lantai mezanine.
Saat memasuki bagian ini, pandangan mata akan langsung tertuju untuk melihat bagian kubah. Di bagian ini dihiasi dengan hadirnya motif segitiga yang saling berkaitan. Motif itu mengeliling bagian dalam kubah.
Asterianto menjelaskan, plafon kubah utama ini menggunakan bahan Metal Perforated dan ornamen Fyber Reinforcement Plasctic (FRP).
Sebagai penghiasnya, dihadirkan juga lampu lapis kaca patri pada bagian tengah paling atas. Sedangkan, pada plafon gypsum hadir juga penerangannya menggunakan downlight serta lampu gantung.
Untuk lebih memaksimalkan pencahayaan pada siang hari, dihadirkan pula kaca-kaca patri yang mengikuti bentuk kubah. Lalu, seperti pada umumnya masjid di Tanah Air, di bagian dinding kubahnya dihiasi dengan kaligrafi ayat Kursi yang mengelilingi dinding kubah.
Sedangkan, pada bagian mihrab, masjid ini tidak terlalu terlihat menonjol. Sebagai ornamen penghiasnya ditampilkan marmer hijau dengan aksen kerawangan yang berjumlah 12 buah.
Walau tampilan mihrab tidak terlalu menonjol, secara keseluruhan desain yang tersaji di bangunan ini telah memberikan sebuah kebanggaan yang tak terelakkan lagi buat warga Samarinda.
Jadi, tak salah kiranya jika Anda menyambangi Samarinda, jangan hanya menyusuri Sungai Mahakam. Tapi, sempatkanlah diri untuk menikmati estetika sekaligus bermunajat di Islamic Centre Samarinda.
Reporter : mohammad akbar |
Redaktur : Damanhuri Zuhri |
No comments:
Post a Comment