Tidak ada pengorbanan yang lebih tinggi dari seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sebuah perjuangan. Namun, sepanjang sejarah perjuangan tampaknya tidak ada seradikal seperti yang dilakukan pilot-pilot muda Jepang: Kamikaze.
Dalam sejarah peperangan Jepang di Pasifik (1944), mereka siap mengorbankan nyawa dalam unit-unit khusus yang telah dipesiapkan dengan taktik menabrakan pesawat yang mereka kemudikan ke kapal-kapal perang Amerika Serikat. Jepang menjuluki serangan yang tak biasa ini sebagai kamikaze atau yang dalam bahasa mereka berarti Angin Dewa.
Pasukan kamikaze bernama Tokkotai ini sejatinya dibentuk oleh Laksamana Madya Tokijiro Ohnisi, Panglima Armada Udara Pertama yang membawahi seluruh kekuatan udara Jepang di Filipina. Kesatuan udara kamikaze bentukan Ohnisi lebih dulu menghantan armada kapal induk AS agar kekuatan udara AL AS tak menggganggu serangan armada laut Jepang.
Tentara AS terkesima menyaksikan serangan nekat yang sulit dinalar ini. Bagaimana tidak? Para pilot muda kamikaze ini dengan beraninya menukik untuk kemudian menabrakkan pesawat mereka ke kapal-kapal perang AS.
Setiap pesawat rata-rata membawa bom seberat 250 kilogram. Pasukan kamikaze juga "mengirim" bom-bom terbang yang dikendalikan pilot. Menurut Ohsini, hanya dengan cara inilah efektivitas kekuatan udara negerinya akan ada pada tingkat maksimal.
Kamikaze pertama dilakukan pertama kali oleh Laksamana Madya Masafumi Arima, komandan Armada Udara ke-26 pada 15 Oktober 1944. Tatkala memimpin seratus pembom tukik Yokosuka D4Y, ia tiba-tiba menukikkan pesawatnya ke arah kapal induk USS Franklin.
Kapal itu pun hancur. Pangkat Arima kemudian dinaikkan setingkat menjadi Laksmana. Hingga kini, seberapa besar jumlah kapal perang yang berhasil dihancurkan pasukan kamikaze masih menjadi perdebatan sejumlah pihak.
Menurut catatan AU AS, Jepang setidaknya sudah melancarkan 2.800 serangan kamikaze dan menenggelamkan 34 kapal perang. Kamikaze juga telah merusak 368 kapal, membunuh 4.900 pelaut, serta melukai 4.800 orang lainnya. Meski sudah melawan mati-matian, Jepang toh tak bisa menepis kekalahan pada Perang Dunia II.
(Zika Zakiya. Majalah Angkasa Edisi Koleksi Kamikaze, 2011)
Dalam sejarah peperangan Jepang di Pasifik (1944), mereka siap mengorbankan nyawa dalam unit-unit khusus yang telah dipesiapkan dengan taktik menabrakan pesawat yang mereka kemudikan ke kapal-kapal perang Amerika Serikat. Jepang menjuluki serangan yang tak biasa ini sebagai kamikaze atau yang dalam bahasa mereka berarti Angin Dewa.
Pasukan kamikaze bernama Tokkotai ini sejatinya dibentuk oleh Laksamana Madya Tokijiro Ohnisi, Panglima Armada Udara Pertama yang membawahi seluruh kekuatan udara Jepang di Filipina. Kesatuan udara kamikaze bentukan Ohnisi lebih dulu menghantan armada kapal induk AS agar kekuatan udara AL AS tak menggganggu serangan armada laut Jepang.
Tentara AS terkesima menyaksikan serangan nekat yang sulit dinalar ini. Bagaimana tidak? Para pilot muda kamikaze ini dengan beraninya menukik untuk kemudian menabrakkan pesawat mereka ke kapal-kapal perang AS.
Setiap pesawat rata-rata membawa bom seberat 250 kilogram. Pasukan kamikaze juga "mengirim" bom-bom terbang yang dikendalikan pilot. Menurut Ohsini, hanya dengan cara inilah efektivitas kekuatan udara negerinya akan ada pada tingkat maksimal.
Kamikaze pertama dilakukan pertama kali oleh Laksamana Madya Masafumi Arima, komandan Armada Udara ke-26 pada 15 Oktober 1944. Tatkala memimpin seratus pembom tukik Yokosuka D4Y, ia tiba-tiba menukikkan pesawatnya ke arah kapal induk USS Franklin.
Kapal itu pun hancur. Pangkat Arima kemudian dinaikkan setingkat menjadi Laksmana. Hingga kini, seberapa besar jumlah kapal perang yang berhasil dihancurkan pasukan kamikaze masih menjadi perdebatan sejumlah pihak.
Menurut catatan AU AS, Jepang setidaknya sudah melancarkan 2.800 serangan kamikaze dan menenggelamkan 34 kapal perang. Kamikaze juga telah merusak 368 kapal, membunuh 4.900 pelaut, serta melukai 4.800 orang lainnya. Meski sudah melawan mati-matian, Jepang toh tak bisa menepis kekalahan pada Perang Dunia II.
(Zika Zakiya. Majalah Angkasa Edisi Koleksi Kamikaze, 2011)
No comments:
Post a Comment