Tuesday, July 23, 2013

Soekarno dan Sangkaan Intervensi AS di Indonesia

Sudah banyak analisis sejarah, politik, dan ekonomi yang menghasilkan  tesis (kemungkinan) adanya intervensi Amerika Serikat (AS) dalam urusan doemstik di banyak negara. Tak terkecuali di Indonesia, dan itu sudah berlangsung lama.  Pada Desember 1992 di Monash University, Australia, diselenggarakan seminar yang membahas topik demokrasi di Indonesia pada tahun 1950-an dan 1990-an. George Mc Kahin, guru besar Cornell University, hadir diantara 300 pakar tentang Indoensia di acara tersebut. Kahin saat menyusun disertasi di masa rebolusi fisik 1948-1949, dikenal dekat dengan banyak tokoh politik dan pejuang Indonesia.

Pada acara itu, Kahin menyampaikan sebuah makalah, dan banyak diantara data-data yang disajikan diambil dari Arsip Nasional AS. Pada tahun 1950-an, kata Kahin, AS melakukan intervensi ke dalam urusan politik domestik Indoensia. di bawah Presiden Eisenhower (1952-1960), AS tidak suka dengan sikap politik Indonesia yang berjargon bebas aktif. Bagi kalangan Kementerian Luar Negeri dan CIA, pada masa perang dingin saat itu, sikap semacam itu tidak ditolerir. Oeprasi penggulingan Soekarno terus menerus dilakukan.  Daripada jatuh ke tangan komunis, Eisenhower lebih senang melihat Indonesia terpecah-pecah supaya mudah di kontrol. Kebencian Eisenhower kepada Sokearno makin meruncing, saat tahun 1956 Pemimpin Besar Revolusi itu menunjungi Beijing. Soekarno memuji kemajuan ekonomi China dan ingin menirunya di Indoensia. Sebelumnya, hasil Pemilu 1955, PKI termasuk 4 besar partai yang memperoleh kursi DPR.

Soekarno sendiri pernah ke AS untuk menjelaskan posisi Indonesia tahun 1953. Knon, saat itu Soekarno mengecam Eisenhower yang dikenal tidak simpatik terhadap negara dunia ketiga. Eisenhower membiarkan Soekarno menunggu lama di Gedung Putih hingga molor dari jadwal yang ditetapkan. Soekarno, yang mempunyai gengsi dan kepercayaan diri besar ngambek dan meninggalkan Gedung Putih. Sikap Soekarno itu membuat Eisenhower terpana dan meminta maaf karena telh melakukan kesalahan. Dalam kunjungan itu, Soekarno, yang populer di kalangan politisi AS, memperoleh kesempatan untuk mengucapkan Pidato di hadapan Kongres. Hal yang belum pernah dicapai lagi oleh Presiden Indonesia berikutnya.

Menyimak konfigurasi politik setelah Pemiu 1955, Dewan Keamanan Nasional AS merekomendasikan supaya CIA aktif mendukung pemberontakan di daerah. Tahun-tahun itu Indonesia menghadapi pergolakan seperti PRRI/Permesta tapi tidak menggoyahkan posisi Soekarno. Terungkap kelak aksi tersebut didukung oleh AS dalam bentuk uang maupun senjata modern.

Konfrontasi Indoensia-Malaysia (1964) tidak semata-mata meibatkan Inggris dan Malaysia saja. Pada bulan Oktober 1963, Presiden Kennedy mengingatkan bahwa sikap Soekarno yang menetang pembentukan Federasi Malaysia akan berbuah AS sulit untuk mempertimbangkan bantuan ekonomi Indonesia. Jadi, pemebnetukan Malaysia saat itu disinyalir ada keterlibatan AS juga. Tetapi Soekarno bersikap tegas dalam merespon surat Kennedy itu. “Go to hell with your aids”, demikian ungkapan Soekarno  yang kemudian populer. Kelak, setelah 1965, Seokarno harus membayar mahal ketegasan dan nasionalismenya itu:digulingkan dari kekuasaan dengan cara-cara yang rumit dan sistematis. Lagi-lagi, sekalipun ditolak, dan sama sekali tidak pernah dibahas secara runtut dalam publikasi ilmiah ataupun penjelasan resmi pemerintah, CIA berada di balik peristiwa itu. Jangan lupa, tahun 1973, dengan sandi “Operasi Jakarta”, CIA mendorong militer Chile untuk menjungkalkan Presiden Allende yang terpilih demokratis dalam pemilu 1970 dan membawa Chile di bawah kediktatoran militer hingga akhir dekade 1980an.

mas ishar

No comments:

Post a Comment