Wednesday, August 14, 2013

Mengenang kejayaan Sultan Aceh di Makam Kandang XII

Komplek ini berdiri di area seluas 200 meter bujursangkar. Letaknya strategis di tengah kota hanya berjarak 500 meter dari Masjid Raya Baiturrahman.
Makam Kandang Meuh. /Heri Juanda
BERKELILING kota Banda Aceh menjelajahi kejayaan masa lalu tak terlalu sulit. Di beberapa sudut kota dengan mudah ditemui peninggalan kebesaran kerajaan Aceh yang termahsyur. Salah satunya adalah mengunjungi makam para sultan.
Di Banda Aceh terdapat beberapa lokasi makam sultan dengan nisan bercorak khas, seperti di komplek Museum Aceh atau di Kandang Meuh di area Gedung Joeang yang bersebelahan dengan Pendopo Gubernur Aceh.
Berjarak beberapa meter dari sana, sebuah komplek yang dilingkari pagar besi juga berdiri apik. Di komplek itu terhimpun 12 makam tempat bersemayam para Sultan dan keluarga dekatnya. Komplek makam ini kerap disebut Makam Kandang XII. Dalam bahasa Aceh, kandang berarti kuburan atau makam.
Komplek ini berdiri di area seluas 200 meter bujursangkar. Letaknya strategis di tengah kota hanya berjarak 500 meter dari Masjid Raya Baiturrahman. Menuju ke sana jalan yang ditempuh bisa melalui lorong kecil di sebelah pusat perbelanjaan Barata atau melewati jalan Perwira yang membelah komplek tentara kawasan Keraton.
Di makam yang bersebelahan dengan Masjid Al Fitrah Keraton ini, bersemayam para Sultan Aceh dan beberapa keluarga terdekatnya. Seperti Sultan Syamsu Syah yang memerintah tahun 1497 hingga 1514, Sultan Salahuddin Ibnu Ali Mughayatsyah yang memerintah tahun 1530 hingga 1537, Sultan Ali Riayat Syah Alqahar yang memerintah tahun 1537 hingga 1568, Sultan Husain Syah Ibnu Sultan Ali Riayat Syah Alqahar yang memerintah tahun 1568 hingga 1575, juga makam Malikul Adil yang hidup pada masa pemerintahan Ratu Tadjul Alam.
Di Kandang juga terdapat makam Sultan Ali Mughayat Syah yang letaknya di barisan nomor tiga dari arah barat. Sultan Ali Mughayat Syah merupakan salah satu Sultan Aceh yang memerintah kisaran tahun 1514 hingga 1530. Ia berhasil mengusir Portugis di Selat Malaka yang hedak menyerang wilayah Aceh.
Amatan  pada 12 Agustus 2013, komplek makam ini tampak sepi dan terawat baik.
Makam tersusun berbaris menyerupai shaf. Di ujung batu nisannya terdapat tiang kecil untuk penomoran makam yang berjumlah dua belas. Sebuah atap besar membumbung menutupi areal makam hingga tanah dan batu di bawahnya terlihat kering.
Menurut salah seorang warga yang ditemui , tempat ini dijaga oleh seorang petugas yang membersihkan tempat kandang waktu pagi dan sore hari.
“Mungkin karena masih Lebaran makanya belum masuk kerja,” ujarnya saat memilih bunga kamboja putih di komplek makam.
Walaupun minim informasi yang bisa diperoleh di tempat ini, setidaknya semua itu terbayar dengan keindahan ukiran batu nisan di setiap makam. Pahatannya rumit dan bernilai seni ukir tinggi. Bahkan di sebagian makam terdapat ukiran ayat suci Alquran.[](bna)

No comments:

Post a Comment