Saturday, August 24, 2013

Kepingan Masa Lalu Tidore

Telaah sejarah Tidore akan membuat Anda makin penasaran menjelajahinya.
tidoreLanksap Tidore. (Feri Latief)
Jauh sebelum Islam memasuki Nusantara, Tidore dikenal dengan sebutan Kie Duko. Artinya, pulau bergunung api. Gunung berapi tersebut terdapat di puncak Marijang yang merupakan puncak tertinggi di Provinsi Maluku dan Maluku Utara, yang kini sudah tidak aktif.
Hingga saat ini sudah 38 tahun yang berkuasa di Tidore. Sultan terakhir Djafar Syah meninggal pada 13 April 2012 di Jakarta. Sebagai kerajaan kepulauan, aspek maritim diperhatikan betul oleh Kesultanan Tidore pada masa lalu.
Salah satu kewajiban para pemimpin daerah di bawah kekuasaan kesultanan (kimelaha, sangaji, dan raja), misalnya, harus menyediakan dan memelihara korakora untuk keperluan pertahanan dan perhubungan.
Kewajiban ini bervariasi; untuk daerah makmur dan jumlah penduduknya banyak, harus menyediakan armada sepuluh hingga 20 buah korakora. Sementara untuk daerah kecil hanya satu hingga dua korakora.

tidore,lautPesta budaya di Tidore menekankan ari besar laut bagi masyarakatnya. (Feri Latief)
Sultan Nuku
Bergelar Jou Barakati, Nuku adalah Pahlawan Nasional kebanggaan Tidore. Nuku lahir pada 1738 di Soasio. Ia menjadi penguasa Tidore pada 1797 setelah melancarkan Revolusi Tidore yang mempersatukan wilayah di Maluku dan Papua, mengusir kompeni Belanda tanpa pertumpahan darah.
Kapal "Nau" Redonda
Pada abad ke-16, Kepulauan Maluku menjadi rebutan Portugis dan Spanyol. Lewat Perjanjian Saragossa, akhirnya Portugis mendapat porsi bagian Timur, sementara Spanyol berhak atas Tidore.
Namun, Spanyol akhirya berkonsentrasi di Filipina, sehingga pengaruh Portugis kian besar. Portugis saat itu adalah bangsa yang memiliki armada laut kuat untuk mengamankan perniagaan rempahnya di Maluku.
Kapal Nau Redonda (Nau Bundar) yang melakukan perjalanan jauh ini mempunyai palka besar berbentuk bundar, dek luas, dan kapasitas lebih dari 300 tun. Dua jenis layar digunakan untuk menangkap angin sebanyak-banyaknya demi kecepatan.
*Kisah ini pernah diangkat dalam National Geographic Traveler edisi khusus Kelana Tidore, terbit pada Juli 2012.
(Firman Firdaus)

No comments:

Post a Comment