Friday, August 16, 2013

Lorong Masa: Ketika Farouk Digusur Nasser

"Mesir yang digerogoti korupsi, dipecah-pecahkan oleh ketidakstabilan, baru saja melampaui masa yarng paling hitam dalam sejarahnya."
raja farouk,mesirRaja Farouk dan Roosevelt (4shared.com).
Hari itu 23 Juli 1952, dimulai seperti hari-hari biasa lain. Tank-tank dan tentara yang menjaga jalan-jalan dan gedung-gedung pemerintah tidak mengherankan siapapun juga, sebab sudah berbulan-bulan suasana di ibukota Mesir ini tegang.

Tiba-tiba pukul 7 tepat semua musik berhenti. Suara yang menyenangkan terdengar dari setiap radio yang sedang dipasang: "O rakyat Mesir, dengarkanlah Mohammed Naguib berbicara kepada anda. Mesir yang digerogoti korupsi, dipecah-pecahkan oleh ketidakstabilan, baru saja melampaui masa yarng paling hitam dalam sejarahnya. Faktor- faktor kebobrokan sudah mencapai ketentaraan dan merupakan salah satu penyebab kekalahan kita di Palestina. Tentara yang diperintah oleh orang orang yang tidak becus dan pengkhianat-pengkhianat, tidak mampu lagi memerintah negara ini. Oleh karena itulah kami memurnikannya, tentara sekarang berada di tangan orang-orang yang mampu, berintegritas dan patriot. Anda boleh percaya kepada mereka...".

Dalam beberapa saat saja, Kairo berubah. Dari rumah-rumah muncul pria, wanita dan anak-anak yang bergegas ke jalan. Semua mendengarkan kata-kata Jenderal Naguib, pemimpin baru Mesir. Dua juta penduduk Kairo ber-- seru : "Hidup Revolusi, Hidup Naguib", ketika jenderal itu selesai bicara. Lalu orang-orang berlarian ke arah jembatan Kubeh tempat pemerintah baru bermarkas.  Mereka menyanyikan lagu-lagu perjuangan seraya meneriakkan slogan-slogan. Dari balkon-balkon berkibaran bendera hijau bulan sabit.

Tidur nyenyak ketika itu, dua ratus km dari ibukota, dalam salah sebuah istananya, raja Farouk.  Isterinya, Ratu Narriman, memakai pakaian tidur hitam berenda buatan perancang mode Paris. Kolonel Syerin, ipar Raja Farouk, yang beberapa jam sebelumnya diangkat menjadi Menteri Peperangan, sudah menyiapkan daftar semua perwira yang dicurigai akan menggulingkan Farouk. Farouk sudah menyiapkan hukuman bagi mereka.

Naguib termasuk salah seorang di antara perwira dalam daftar. Walaupun sudah ada pengumuman radio mengenai perebutan kekuasaan, keadaan istana tetap tenang. Pukul 7 lewat 10 menit, dokter Hafez Afifi, direktur kabinet kerajaan, menelpon untuk memberitahu hal ini, tapi pelayan kamar menjawab: "Paduka sedang tidur...." — Tapi peristiwa ini gawat! Revolusi meledak!— Karena Paduka akan marah kalau dibangunkan, saya tidak berani menyampaikan telpon Anda. Afifi yang jadi gemas segera meletakkan gagang telepon sambil menyumpah-nyumpah. Ketika itu raja Farouk baru berumur 32 tahun. Ketika naik takhta 15 tahun sebelumnya rakyat Mesir menaruh banyak harapan pada raja keturunan Mehmet-Ali dari Albania ini. Tapi saat ini ia sudah sama sekali terpisah dari rakyatnya. Empat istananya yang megah penuh dengan kekayaan yang dibangun di atas kesengsaraan orang lain. Kekayaannya di Mesir, tanpa menghitung kekayaannya di luar negeri diperkirakan paling sedikit 600 juta dolar.

Dari raja yang gendut itu, orang tidak punya kenang-kenangan yang manis. Pekerjaannya hanya berjudi di kasino-kasino Monte-Carlo dan Deauville. Pernah dalam satu malam saja ia kehilangan 100.000 dolar. Untuk memiliki seorang wanita bersuami, ia tidak segan-segan memenjarakan sang suami.

Ia bukan hanya menceraikan ratu Farida yang lembut dan disukai pada saat pasukan-pasukan Mesir kalah di Palestina, tapi juga menikah kembali dengan Narriman pada hari kepulangan tentaranya yang kalah dari Palestina. Nasib negaranya, kemalangan tentaranya, penderitaan rakyatnya, tampaknya tidak menyentuh hatinya. Sebagian orang cuma menyesali sikapnya yang tidak peduli ini, tapi sebagian lagi menyalahkan Farouk atas kekalahan dan kesengsaraan ini.

Yang paling tidak puas ialah perwira-perwira muda yang baru pulang dari Palestina. Sejak 1949, salah seorang di antara mereka, Gamal Abdul Nasser dengan cara tersamar telah menuduh Farouk sengaja menjerumuskan Mesir pada petualangan yang bodoh itu. Farouk, keluarganya dan orang-orang yang disukainya memang jadi kaya berkat perang itu. Nasser mempunyai catatan perihal skandal senjata yang dilakukan oleh Farouk. Ini semua menjadi permulaan babak baru di Mesir sebab Nasser akan menggulingkan Farouk!

Pada 6 Oktober 1951 diumumkan bahwa Mesir tidak mengakui lagi pakta yang mengikatnya pada Inggris.
gamal abdel nasserGamal Abdel Nasser (ufomeaningmystery.blogspot.com).
Peluru 61 mm disuruh tembakkan dengan meriam 81 mm. Granat-granat Italia sisa perang di El-Alamein meledak di tangan orang-orang yang bermaksud melontarkannya. Senjata-senjata Spanyol buatan tahun 1912 dibagikan kepada tentara yang akan maju ke medan perang.

P.M. sedang mempercantik tangan Gamal Abdul Nasser, yang pada tahun 1949 berumur 31 tahun adalah putera seorang pegawai jawatan pos.  Kakeknya "orang kecil" yang tidak dikenal. Untuk seorang Mesir, Nasser jangkung sekali. Ia kuat dan berani; serta sangat terkenal dalam perang Palestina. Karena daya tariknya yang besar dan kebenaran "ramalannya" mengenai nasib Mesir, banyak perwira-perwira muda rekannya yang berkelompok sekeliling dia. Mereka membentuk perkumpulan Zobat el Ahrar atau Perkumpulan Perwira Merdeka.

Mula-mula cuma sebagai kelompok perwira-perwira yang bersahabat, lama-lama menjadi alat politik yang penting. Ketika itu di Mesir harga barang-barang membubung setiap hari. Pengangguran sudah gejala umum. Sesudah mencoba pelbagai daya yang bisa dibayangkan, pemerintahan Nahas Pasha merasa putus asa.

Untuk menyimpangkan perhatian rakyat dari kelaparan dan kekecewaan yang mengancam pemerintah, maka 6 Oktober 1951 diumumkanlah bahwa Mesir tidak mengakui lagi pakta yang mengikatnya pada Inggris. Tahun 1836, Mesir mengadakan perjanjian dengan Inggris yang menguasai daerah Sungai Nil, bahwa kemerdekaan Mesir dijamin, tapi Inggris mengontrol daerah terusan Suez dan punya hak intervensi dalam urusan dalam negeri Mesir.
Kini orang Inggris harus segera meninggalkan Mesir. Karena London tidak mau menerimanya, maka mess perwira-perwira Inggris dilempari bom dan diganggu terus. Yang memberi senjata dan instruksi adalah Zobat el Ahrar yang melihat kesempatan baik dalam kericuhan ini. Zobat el Ahrar sudah beranggotakan 300 perwira. Kelompok itu dikepalai komite beranggota sembilan dan pemimpinnya Nasser. Kemudian Inggris mulai melancarkan serangan balasan.

Tanggal 25 Januari tangsi polisi di Ismailia dikepung Inggris. Mereka minta instruksi dari Kairo dan diperintahkan agar lebih baik mati daripada menyerah. Beberapa jam kemudian, ketika pertempuran berakhir, di pihak Mesir kira-kira 5O orang meninggal dan sisanya hampir semua luka-luka. Keesokan harinya, ketika hal ini diumumkan di Kairo, polisi-polisi mogok. Pukul tujuh pagi mereka berbaris keluar tangsi menuju ke Universitas dan ribuan mahasiswa ikut beramai-ramai mencari PM Nahas

Kelompok itu dikepalai komite beranggota sembilan dan pemimpinnya Nasser. Kemudian Inggris mulai melancarkan serangan balasan. Tanggal 25 Januari tangsi polisi di Ismailia dikepung Inggris. Mereka minta instruksi dari Kairo dan diperintahkan agar lebih baik mati daripada menyerah. Beberapa jam kemudian, ketika pertempuran berakhir, di pihak Mesir banyak yang meninggal dan sisanya hampir semua luka-luka. Keesokan harinya, ketika hal ini diumumkan di Kairo, polisi- polisi mogok. Pukul tujuh pagi mereka berbaris keluar tangsi menuju ke Universitas dan ribuan mahasiswa ikut beramai-ramai.

(bersambung)

(Mohamad Takdir, Intisari-online.com)

No comments:

Post a Comment