Wednesday, August 14, 2013

12 Agustus; Berakhirnya Perang Salib Pertama

Provokasi ini disebakan lemahnya kemampuan Paus menahan dan menghadapi serangan Bani Saljuk.
Peter the Hermet melancarkan khotbah provokasi menjadikan muslim sebagai musuh bersama
PERANG Salib Pertama berawal dari provokasi Alexius Comnenos selaku Kaisar Byzantium yang berkuasa pada tahun 1081 hingga 1118 terhadap Paus. Provokasi ini disebakan lemahnya kemampuan Paus menahan dan menghadapi serangan Bani Saljuk.
Pada bulan Maret 1095, di Biyakinza-Italia diadakan ‘kongres’ yang dihadiri Paus, disusul kongres di Clermont pada tanggal 27 November tahun yang sama. Dari hasil kongres Paus mengimbau kepada umat Kristen agar bersatu menyelamatkan Yerusalem yang dikuasai umat Islam. Imbauan ini dilakukan untuk memperkuat kedudukan Paus dikalangan ummat Nasrani yang mulai terpecah belah. Seruan Deus le Vont ini menjadi pemersatu bagi Kristen untuk menjadikan muslim sebagai musuh bersama yang kian kuat menguasai dunia, saat itu.
Seruan ini terus diprovokasikan oleh Peter the Hermet melalui khotbah-khotbahnya yang disampaikan dalam lawatannya ke Tuskania, Lombordia, Provencia, Aquintania, Burgomondia, Alamannia, Bavaria, dan Thuringia sebagai pembakar pasukan perang Salib. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, berkumpullah pasukan Salib di bawah kendali Walter the Phenniles. Hal ini diikuti pasukan Gottschalk untuk bergabung dengan pasukan reguler dengan jumlah antara 200 hingga 300 ribu personel yang berkumpul di dekat Konstantinopel.
Pasukan besar tersebut terbagi berdasarkan bangsawan yang mengerahkannya. Di antara pemimpin-pemimpin angkatan Perang Salib pertama Godfrey de Buillon, dan dua saudaranya, Baldwin dan Eustace, Robert I–Duke Normandia, Robert–Pangeran Flanders, Stephen–Pangeran Charters, Raymond IV–Pangeran Tolouse, Bohemond–Pangeran Terentum, dan Tancred–keponakan Duke Bohemond.
Pada tahun 1097, tentara Salib menyeberang selat Bosporus dan mengepung Necaea yang dikuasai oleh Bani Saljuk. Kota tersebut jatuh ke tangan tentara Salib pada tanggal 18 Juni 1097, selanjutnya tahun 1098 mereka menguasai Edessa dan mendirikan kerajaan Latin I di bawah pimpinan Baldwin. Penyerbuan diteruskan ke Antiochea, dan setelah mengepung kota tersebut selama sembilan bulan sejak Oktober 1097, akhirnya jatuh ke tangan pasukan Salib dan mereka mendirikan kerajaan Latin II di bawah pimpinan Bohemond. Dari Antiochea penyerbuan diteruskan ke Hisn al-Akkad dan Tarsus, namun mereka gagal bahkan Raymon tewas dalam pengepungan tersebut.
Serangan berikutnya diarahkan ke Baitul Maqdis. Setelah mengepung Jerusalem selama 38 hari, tanggal 15 Juli 1099 kota tersebut jatuh ke tangan tentara Salib. Berdasarkan mandat dari Paus di Roma maka tentara Salib mendirikan Kerajaan Yerusalem (Latin III) yang diperintah oleh Godfrey. Setalah penaklukan Baitul Maqdis, ekspansi tentara Salib dilanjutkan hingga mereka dapat merebut dan menguasai kota Akka tahun 1044, Tyrus tahun 1124, Tripoli tahun 1109 dan Tyre tahun 1124. Di Tripoli tentara Salib mendirikan kerajaan Latin IV yang diperintah oleh Raymond.
Dengan dikuasainya beberapa wilayah tersebut dari tangan Kekhalifahan Fatimiyah, Perang Salib Pertama berakhir pada 12 Agustus 1099. Kekhalifahan saat itu dipimpin Al Afhal Syahansyah. Kaum Salib berhasil merealisasikan tujuan utamanya yakni merebut dan menguasai Baitul Maqdis dari tangan muslim.
Imaduddin Zanki, selaku penguasa Mosul yang wilayahnya meliputi Halab, Harran dan Baghdad bagian Utara, merupakan penguasa muslim pertama yang bereaksi keras terhadap tentara Salib. Sasaran pertama Zanki ialah Al-Ruha, karena kota tersebut dekat dengan Baghdad dan menguasai jalan utama antara Mesopotamia dan Mediterrania. Kota ini berhasil direbut pada tahun 1144. Penguasa Edessa, Joscelyn II berhasil ditangkap setelah melalui beberapa pertempuran. Pada tahun yang sama, kota Aleppo, Hamimah dan Edessa dapat direbut kembali. Perjuangan Imaduddin dilanjutkan puteranya Nuruddin Zanki dan berhasil merebut kembali Antiochea tahun 1149 dan seluruh Edessa tahun 1151.
Keberhasilan Imaduddin Zanki dan puteranya dalam perang Salib ini, merebut kembali beberapa wilayah tidak terlepas dari sikap tentara Salib seperti yang digambarkan J J Saunders, bahwa para tentara Salib lebih merupakan gangguan daripada ancaman serius bagi dunia Islam. Kemenangan pasukan Islam merebut wilayah-wilayah tersebut menggugah pihak Kristen Eropa untuk mengerahkan angkatan Salib II.[] Dari Berbagai Sumber

No comments:

Post a Comment