Hakikat silaturhim bukan sekadar saling berkunjung dan meminta maaf, lebih dari itu, menurut Pimpinan Yayasan Pendidikan Islam Arrahmaniyah Tangerang Ustaz Abdul Rojak MA, adalah eksistensi hubungan antarindividu yang kuat, sehingga memunculkan rasa solidaritas dan sensitivitas sosial.
“Ada keterikatan batin antara satu individu dan lainnya,” katanya kepada wartawan Republika. Berikut petikan lengkap perbincangan antarkeduanya seputar silaturhim:
Apa hakikat silaturahim?
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, barang siapa yang ingin luas rezeki dan panjang umur, hendaklah menghubungkan tali silaturahim.
Istilah silaturahim di tengah-tengah masyarakat kita sering diartikan sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi, saling bertegur sapa, saling menolong, dan saling berbuat kebaikan. Namun, sesungguhnya bukan sekadar itu makna silaturahim.
Yang seperti itu hanyalah seremonial. Silaturahim jauh lebih luas dari hal tersebut. Ada keterikatan batin antara satu individu dan lainnya.
Ada kepedulian di saat melihat individu yang kesulitan menghadapi hidup. Tidak mungkin membiarkannya dalam kesulitan. Muncullah kepedulian untuk membantunya.
Silaturahim di sini menghapus sekat-sekat yang membedakan satu individu dengan lainnya. Harta tidak lagi membedakan individu, tidak juga tahta. Apalagi, warna kulit, ras, dan hal-hal lain yang kerap menjadi pembatas antara satu individu dengan lainnya.
Lalu apa yang menyatukan mereka?
Silaturahim menjadikan keluarga besar, satu dengan lainnya bersaudara. Ingat firman Allah dalam surah al-Hujurat: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”
Nah, yang mengikat atau menyatukan mereka adalah keimanan. Iman yang sama kepada Allah SWT, Rasulullah, Alquran, dan keimanan yang tercantum dalam rukun iman itulah yang mempersatukan mereka.
Akan sangat naif bila seorang mukmin membiarkan mukmin lainnya kelaparan, apalagi sampai tewas karena hal itu. Sangat mengecewakan bila mukmin membiarkan tetangganya tidak bisa berobat.
Dan, tidak ada gunanya bila seorang mukmin membiarkan orang sekitarnya, misalkan, memiliki permasalahan keluarga. Mukmin harus membantu menyelesaikan itu semua. Harus ada kepedulian. Harus ada kasih sayang untuk menjaga kemaslahatan masing-masing.
Apa manfaat bersilaturahim?
Pertama, menjadikan hubungan sesama Muslim lebih dekat, erat, dan akrab. Yang dibangun adalah semangat kekeluargaan. Yang dicapai adalah kekompakan. Semangat yang seperti itu kemudian diarahkan kepada amal saleh.
Tentu, tujuannya adalah merangkul sesama. Hal seperti ini akan menciptakan kedekatan, persaudaraan. Tidak lagi ada yang membedakan.
Suasana seperti ini menjadikan mukmin dengan lainnya saling mengenal, mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Hubungan antarindividu seperti ini menjadikan seseorang lebih sering bermuhasabah.
Intinya, dalam silaturahim ada kepedulian. Ada persaudaraan, sehingga menganggap orang lain seperti dirinya sendiri. Silaturahim mengangkat harkat dan martabat, memberikan jalan dan solusi.
Yang terpenting adalah kehadirannya memberi manfaat. Dengan siaturahim ada gambaran tentang kondisi masyarakat Muslim pada umumnya. Kita mengetahui, tidak semua masyarakat Muslim terbelakang. Ada yang maju. Ini menambah pengetahuan kita.
Apa kunci mempertahankan silaturahim?
Niat yang tulus, bukan karena kepentingan sesaat. Berkunjung ke kampung-kampung karena ingin membantu, memberikan solusi. Dasarnya murni menjalankan perintah Allah. Yang penting dasarnya harus betul dulu agar menjadi amal saleh.
Jadi, tidak perlu didasari kepentingan duniawi sesaat. Kepentingan seperti ini merusak kebaikan batin yang ada dalam silaturahim. Bangunlah silaturahim berdasarkan idealisme hakiki, yaitu ketakwaan. Ini akan menjadikan kita kuat lahir dan batin.
Apa saja ancaman bagi kelanggengan silaturahim?
Kepentingan pragmatis yang paling utama. Bayangkan, misalnya, ada politikus datang kepada kita. Dia ingin membantu, tapi harus dengan imbalan memilihnya pada saat pemilu. Dia ingin memberikan dana bantuan sosial, tapi semua masyarakat harus menghormatinya.
Hal seperti ini jelas akan mengancam silaturahim. Sebabnya, hubungan yang terbangun bukanlah murni persaudaraan, tapi kepentingan sesaat.
Lebih mirip transaksi, seperti orang jual beli. Ini menjadikan hubungan tidak langgeng, tidak berlangsung lama. Tidak ada idealisme dalam hubungan seperti ini.
Niatnya sudah salah. Yang ada di balik hubungan seperti itu adalah riya. Seseorang ingin dipilih, kemudian dihormati. Yang muncul kemudian riya dan takabur. Nauzubillah.
Silaturahim tergantikan teknologi?
Silaturahim harus langsung. Teknologi adalah sarana menyambung silaturahim. Yang paling utama itu langsung bertemu, jabat tangan, dialog, diskusi.
Sifatnya tidak hanya menyampaikan pesan. Ada motivasi utuh untuk memperbaiki kondisi saudara kita yang kesulitan.
Berhubungan dengan telepon, mengirim pesan singkat adalah sarana menjaga silaturahim. Itu juga bagus. Minimal, mengirim pesan menghilangkan rasa kangen bila berjauhan. Lalu, dilanjutkan dengan tetap bertemu langsung.
Erdy Nasrul
“Ada keterikatan batin antara satu individu dan lainnya,” katanya kepada wartawan Republika. Berikut petikan lengkap perbincangan antarkeduanya seputar silaturhim:
Apa hakikat silaturahim?
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, barang siapa yang ingin luas rezeki dan panjang umur, hendaklah menghubungkan tali silaturahim.
Istilah silaturahim di tengah-tengah masyarakat kita sering diartikan sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi, saling bertegur sapa, saling menolong, dan saling berbuat kebaikan. Namun, sesungguhnya bukan sekadar itu makna silaturahim.
Yang seperti itu hanyalah seremonial. Silaturahim jauh lebih luas dari hal tersebut. Ada keterikatan batin antara satu individu dan lainnya.
Ada kepedulian di saat melihat individu yang kesulitan menghadapi hidup. Tidak mungkin membiarkannya dalam kesulitan. Muncullah kepedulian untuk membantunya.
Silaturahim di sini menghapus sekat-sekat yang membedakan satu individu dengan lainnya. Harta tidak lagi membedakan individu, tidak juga tahta. Apalagi, warna kulit, ras, dan hal-hal lain yang kerap menjadi pembatas antara satu individu dengan lainnya.
Lalu apa yang menyatukan mereka?
Silaturahim menjadikan keluarga besar, satu dengan lainnya bersaudara. Ingat firman Allah dalam surah al-Hujurat: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”
Nah, yang mengikat atau menyatukan mereka adalah keimanan. Iman yang sama kepada Allah SWT, Rasulullah, Alquran, dan keimanan yang tercantum dalam rukun iman itulah yang mempersatukan mereka.
Akan sangat naif bila seorang mukmin membiarkan mukmin lainnya kelaparan, apalagi sampai tewas karena hal itu. Sangat mengecewakan bila mukmin membiarkan tetangganya tidak bisa berobat.
Dan, tidak ada gunanya bila seorang mukmin membiarkan orang sekitarnya, misalkan, memiliki permasalahan keluarga. Mukmin harus membantu menyelesaikan itu semua. Harus ada kepedulian. Harus ada kasih sayang untuk menjaga kemaslahatan masing-masing.
Apa manfaat bersilaturahim?
Pertama, menjadikan hubungan sesama Muslim lebih dekat, erat, dan akrab. Yang dibangun adalah semangat kekeluargaan. Yang dicapai adalah kekompakan. Semangat yang seperti itu kemudian diarahkan kepada amal saleh.
Tentu, tujuannya adalah merangkul sesama. Hal seperti ini akan menciptakan kedekatan, persaudaraan. Tidak lagi ada yang membedakan.
Suasana seperti ini menjadikan mukmin dengan lainnya saling mengenal, mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Hubungan antarindividu seperti ini menjadikan seseorang lebih sering bermuhasabah.
Intinya, dalam silaturahim ada kepedulian. Ada persaudaraan, sehingga menganggap orang lain seperti dirinya sendiri. Silaturahim mengangkat harkat dan martabat, memberikan jalan dan solusi.
Yang terpenting adalah kehadirannya memberi manfaat. Dengan siaturahim ada gambaran tentang kondisi masyarakat Muslim pada umumnya. Kita mengetahui, tidak semua masyarakat Muslim terbelakang. Ada yang maju. Ini menambah pengetahuan kita.
Apa kunci mempertahankan silaturahim?
Niat yang tulus, bukan karena kepentingan sesaat. Berkunjung ke kampung-kampung karena ingin membantu, memberikan solusi. Dasarnya murni menjalankan perintah Allah. Yang penting dasarnya harus betul dulu agar menjadi amal saleh.
Jadi, tidak perlu didasari kepentingan duniawi sesaat. Kepentingan seperti ini merusak kebaikan batin yang ada dalam silaturahim. Bangunlah silaturahim berdasarkan idealisme hakiki, yaitu ketakwaan. Ini akan menjadikan kita kuat lahir dan batin.
Apa saja ancaman bagi kelanggengan silaturahim?
Kepentingan pragmatis yang paling utama. Bayangkan, misalnya, ada politikus datang kepada kita. Dia ingin membantu, tapi harus dengan imbalan memilihnya pada saat pemilu. Dia ingin memberikan dana bantuan sosial, tapi semua masyarakat harus menghormatinya.
Hal seperti ini jelas akan mengancam silaturahim. Sebabnya, hubungan yang terbangun bukanlah murni persaudaraan, tapi kepentingan sesaat.
Lebih mirip transaksi, seperti orang jual beli. Ini menjadikan hubungan tidak langgeng, tidak berlangsung lama. Tidak ada idealisme dalam hubungan seperti ini.
Niatnya sudah salah. Yang ada di balik hubungan seperti itu adalah riya. Seseorang ingin dipilih, kemudian dihormati. Yang muncul kemudian riya dan takabur. Nauzubillah.
Silaturahim tergantikan teknologi?
Silaturahim harus langsung. Teknologi adalah sarana menyambung silaturahim. Yang paling utama itu langsung bertemu, jabat tangan, dialog, diskusi.
Sifatnya tidak hanya menyampaikan pesan. Ada motivasi utuh untuk memperbaiki kondisi saudara kita yang kesulitan.
Berhubungan dengan telepon, mengirim pesan singkat adalah sarana menjaga silaturahim. Itu juga bagus. Minimal, mengirim pesan menghilangkan rasa kangen bila berjauhan. Lalu, dilanjutkan dengan tetap bertemu langsung.
Erdy Nasrul
Redaktur : Damanhuri Zuhri |
No comments:
Post a Comment