Kill Him Silently : Kisah Kegagalan Operasi Mossad
Bagi anda yang lumayan mengikuti konstelasi politik dunia khususnya Timur Tengah pasti tidak asing dengan Mossad, dinas intelijen Israel. Dinas intelijen yang punya reputasi cemerlang dalam setiap operasi klandestine ( bawah tanah ) hingga memberikan informasi rahasia kekuatan musuh kepada pemerintah dan militer Israel dalam menentukan kebijakan politik dan operasi militer.
Banyak kisah sukses operasi militer Israel didukung oleh kerja Mossad dan plot pembunuhan secara senyap sering dilakukan oleh agen Mossad sendiri. Terakhir mereka ditengarai membunuh ilmuwan nuklir Iran . Salah satu agen Mossad yang melegenda adalah Eli Cohen. Penyamaran Eli Cohen sukses hingga dipercaya menjadi orang dekat beberapa Jendral Syria dalam sehingga dapat mengakses informasi kekuatan militer Syria. Informasi tersebut sangat berguna bagi militer Israel dalam melumpuhkan Syria untuk merebut Dataran Tinggi Golan dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967. Meski pada akhirnya aksinya diketahui dan dihukum gantung di Syria dia menjadi pahlawan nasional Israel.
Di balik beberapa kisah sukses Mossad sejatinya ada beberapa kisah kegagalannya. Kisah kegagalan terbesar Mossad yang terungkap adalah plot untuk membunuh Khaled Meshaal, petinggi Hamas pada tahun 1997 di Amman, Yordania. Ketika itu Hamas masih berupa gerakan perlawanan yang boleh dibilang belum punya posisi politik di Palestina yang masih dikuasai faksi Fatah (eks PLO). Apalagi kharisma Yasser Arafat ketika itu masih kuat di mata rakyat Palestina dan masyarakat internasional. Hamas hanya dikenal dengan aksi teror sporadis berupa serangan bom bunuh diri ke wilayah Israel.
Pada saat itu pendiri sekaligus pemimpin Hamas, Syekh Ahmad Yasin sedang dalam tahanan penjara Israel. Sedangkan Khaled Meshal adalah kepala biro Hamas di Amman. Oleh Israel, Khaled ditengarai sebagai otak beberapa aksi teror termasuk aksi bom bunuh diri di Tel Aviv dan Yerusalem. Pemerintah Israel ketika itu dibawah PM Benyamin Netanyahu bertekad membuat balasan untuk menumpasnya dan memerintahkan Danny Yatom, kepala Mossad untuk mengambil tindakan. Maka Mossad pun membuat rencana plot pembunuhan terhadap Khaled Meshaal. Masalahnya adalah Khaled tinggal di Amman sementara Israel dan Yordania telah menanda tangani kesepakatan damai atas inisiatif Bill Clinton 3 tahun sebelumnya antara PM Yitzak Rabin dan Raja Hussein. Jika operasi ini terbongkar maka akan mencederai proses perdamaian karena sama saja Israel mengoyak kedaulatan Yordania dan kehormatan Raja Hussein ( alm ) tentunya. Sehingga Danny Yatom merancang plot pembunuhan yang dirasa tidak meninggalkan jejak dan pilihannya adalah dengan racun.
Singkat cerita, pada 25 September 1997 plot pembunuhan tersebut dieksekusi. Beberapa agen Mossad dengan paspor Kanada menguntit mobil yang ditumpangi Khaled bersama 3 anaknya dan pengawalnya menuju kantornya. Begitu rombongan Khaled turun dari mobil dan hendak masuk ke kantor mendadak mereka disergap oleh dua orang yang telah menunggu di sana. Terjadi pergumulan singkat hingga akhirnya dua orang penyerang melarikan diri namun dikejar oleh seorang pengawal Khaled. Sampai di sini Khaled belum menyadari apa yang baru dialaminya meskipun dia yakin ini adalah aksi percobaan pembunuhan. Salah satu dari penyerangnya telah menyemprot racun di telinga kirinya. Baru beberapa jam setelah rapat dengan pengikutnya dia tiba tiba lemas dan dilarikan ke rumah sakit hingga jatuh koma. Efek racun telah bekerja dan misi Mossadpun sepertinya akan sukses.
Dua agen Mossad berhasil meloloskan diri dari kejaran pengawal Khaled namun tanpa disadari oleh keduanya ternyata seorang pengawal Khaled yang telah mencatat nopol mobil mereka terus mengikutinya. Hingga akhirnya setelah merasa aman mereka turun dari mobil dan berjalan kaki. Namun mereka kaget ternyata seorang pengawal Khaled tetap mengejarnya. Terjadi pergumulan tidak seimbang hingga aksi mereka menarik perhatian banyak orang.Dengan bantuan masyarakat dua agen Mossad tersebut dibekuk meski mereka mengaku sebagai turis dari Kanada. Dua orang tersebut diserahkan ke polisi Yordania. Sementara kondisi Khaled kian kritis. Para kolega Khaled pun menghubungi media untuk memblow up plot pembunuhan tersebut meski mereka kurang bukti.
Sementara kabar tentang pembunuhan tersebut kian kencang ketika foto Khaled yang sedang koma terpampang di media. Meski pemerintah Yordania pada awalnya menyangkal operasi Mossad tersebut. Sementara kedutaan Kanada pun menyangkal dua orang penyerang yang ditahan polisi adalah warganya. Hal ini mengundang perhatian Raja Hussein sehingga menjadi masalah hubungan diplomatik kedua negara yang baru menjalin hubungan setelah kesepakatan damai. Tak kurang Danny Yatom sendiri berupaya menemui Raja Hussein untuk menjelaskan yang terjadi. Bagi Raja Hussein sendiri ini pelanggaran serius terhadap kedaulatan negara dan menekankan jika Khaled Meshal sampai meninggal maka kesepakatan damai berakhir dan hubungan diplomatik kembali putus. Dia menekan Israel untuk memberi tahu jenis racun dan mengirim obat penawarnya.
Sementara kondisi Khaled tidak membaik sehingga atas perintah Raja Hussein untuk dipindahkan ke rumah sakit kerajaan dan dibawah pengawasan dokter kerajaan. Sementara negosiasi tentang obat penawar masih alot tim dokter kerajaan berusaha mencari jenis racun yang digunakan. Sementara pada perkembangan lain pasukan Yordania bersiap menyerbu kedutaan Israel yang menjadi markas agen Mossad lainnya dalam melancarkan operasi tersebut. Bagi Israel ini adalah dilema. Menyerahkan obat penawar adalah sama dengan kalah terhadap apa yang mereka sebut teroris tapi mereka sadar operasi itu telah melanggar kesepakatan damai dengan Yordania. Akhirnya Presiden AS, Bill Clinton sebagai inisiator kesepakatan damai ikut menekan PM Netanyahu. Merasa mempunyai posisi tawar yang baik Raja Hussein menambah klausul pertukaran dua agen Mossad yang tertangkap dengan Syekh Ahmad Yasin yang sakit sakitan di penjara Israel.Bagi Netanyahu lagi lagi ini buah simalakama. Dua pilihan yang sama sama tidak mengenakkan.
Akhirnya dengan berat hati Israel setuju untuk mengirim obat penawar dan melakukan pertukaran tahanan dua agen Mossad dengan Syekh Yasin. Ini adalah pukulan telak bagi PM Netanyahu. Alih alih mereka dapat membunuh Khaled Meshaal mereka malah melepaskan pemimpin ideologis Hamas, Syekh Yasin. Meskipun pada saat itu tak ada satupun anggota Hamas yang tahu bahwa pembebasan Syekh Yasin adalah pertukaran tahanan yang diatur oleh Raja Hussein .
Operasi pembunuhan yang gagal tersebut membawa efek berbeda bagi Hamas, Khaled, Raja Hussein dan Netanyahu. Bagi Raja Hussein ini adalah kemenangan diplomasi untuk kedaulatan Yordania sekaligus punya pengaruh bagi rakyat Palestina. Bagi Khaled setelah selamat dari aksi pembunuhan posisi pilitiknya di Hamas makin naik dan Hamas sendiri berkembang menjadi kekuatan politik terbesar di Jalur Gaza menggeser dominasi Fatah. Syekh Yasin akhirnya gugur pada tahun 2004 setelah mobil yang ditumpanginya dihantam rudal Israel. Sedangkan bagi Netanyahu, kegagalan operasi ini ikut mempengaruhi kekalahannya dalam pemilu Israel sesudahnya.
Menurut Danny Yatom, kegagalan operasi ini bukan pada fase perencanaan tapi pada fase eksekusinya. Pada level yang berbeda mungkin sama dengan kegagalan Kolonel Stauffenberg membunuh Hitler karena tiba tiba tempat meeting Hitler dengan petinggi Nazi dipindah sehingga Stauffenberg hanya bisa merangkai satu bom dari dua yang dia siapkan. Sehingga efek ledakan hanya melukai Hitler. Operasi Valkyrie pun berantakan meski sudah terencana dengan matang.
Busroni
No comments:
Post a Comment